This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 10 Desember 2013

PENYAKIT PADA SAPI PERAH

Penyakit pada Sapi Perah
1. Fase Pedet
A ) Diare
Gejala Umum
  • Lemah
  • Dehidrasi
  • Mata Cekung
  • Nasfu makan turun
Penyebab
  • Perubahan funsi usus karena serangan mikroorganisme yang menyebabkan usus berhenti mencerna, yang meningkatkan jumlah feses dan cairan.
  • Radang usus
Perawatan
  • Pemberian antibiotik dan sulfa
  • Pemberian elektrolit
  • Jumlah pemberian air susu dikurangi sapai sepenuhnya
Pencegahan
  • Memberikan colostrum yang cukup dalam beberapa jam pertama setelah lahir.
  • Sediakan lokasi yang teduh dari cuaca dingin untuk menghindari stress. Kejadian stress sangat pentig untuk memungkinkan terjadinya diare .
  • Manajemen dan pemberian pakan yang baik. Pemberian pakan yang terlalu banyak dan perubahan kompossi pakan dapat menyebabkan stress.
  • Tali pusar segera didesinfektan
  • Pedet divaksinasi dengan antibakteri, serum atau antitoksin
B ) Radang Paru-paru
Gejala Umum
  • Demam
  • Hidung Kotor dan Berlendir
  • Batuk
  • Sulit bernafas
  • Nafsu mkan hilang
  • Badan lemah
Penyebab
  • Demam
  • Hidung kotor dan berlendir
  • Batuk
  • Sulit bernafas
  • Nafsu mkan hilang
  • Badan lemah
Penyebab
  • Udara dingin
  • Lingkungan lembab
  • Tidak berventilasi
Pengobatab
  • Pemberian antibiotik dan sulfa
  • Kandng harus bersih, kering dan hangat
Perawatan
  • Pemberian pakan teratur
  • Kandang dan lingkungan bersih, kering dan hangat
  • Pemberian antibiotic secara periodic selama masa menyusu
2. Fase Dewasa
A ) Mastitis
     
Gejala Umum
  • Depresi,
  • Mata cekung,
  • Ambing bengkak,
  • Ambing keras,
  • Ambing panas (<36o).
  • Suhu rectal tinggi dan sangat sensitif apabila tersentuh
Penyebab
  • Staphylococcus aureusmerupakan salah satu penyebab utama mastitis pada sapi perah .
Perawatan
  • Disinfeksi puting dengan alkohol dan infusi antibiotik intra mamaria
Pencegahan
  • Meminimalisasi kondisi-kondisi yang mendukung penyebaran infeksi dari satu sapi ke sapi lain dan kondisi-kondisi yang memudahkan kontaminasi bakteri dan penetrasi bakteri ke saluran puting.
  • Air susu pancaran pertama saat pemerahan hendaknya ditampung di strip cup dan diamati terhadap ada tidaknya mastitis.
  • Perlu pencelupan atau diping puting dalam biosid 3000 IU (3,3 mililiter/liter air).
  • Penggunaan lap yang berbeda disarankan untuk setiap ekor sapi, dan pastikan lap tersebut telah dicuci dan didesinfektan sebelum digunakan.
  • Pemberian nutrisi yang berkualitas, sehingga meningkatkan resistensi ternak terhadap infeksi bakteri penyebab mastitis.
B ) MILK FEVER
     
Gejala Umum
  • Gejala penyakit pada tingkat masih rendah, sapi masih dapat berdiri, tetapi nafsu makan hilang, kurang peka terhadap lingkungan,kaki dan telinga dinging, suhu badan rendah kurang lebih 35˚C, kaki belakang lemah dan sulit berkurang atau berhenti sehingga terjadi penimbunan gas di dalam rumen
  • Tingkat parah sapi hanya mampu bertahan 6 sampai dengan 24 jam saja. Sebenarnya angka kesembuhannya cukup baik dan tingkat mortalitas kurang dari 2-3 % apabila segera diketahui dan diberikan pertolongan
Penyebab
  • Produksi air susu. Biasanya peningkatan produksi air susu akan meningkatkan metabolisme Ca dan meningkatkan Ca ke colostrum. Bila pemasukan tidak seimbang maka kemungkinan besar akan terjadi Milk Fever.
  • Umur sapi. Penyerapan Ca pada sapi-sapi tua mengalami penurunan.
  • Kemauan makan sapi. Pada saat menjelang melahirkan, 8-16 jam atau lebih, kebanyakan sapi mengalami penurunan nafsu makan. Turunnya nafsu makan akan menyebabkan turunnya ketersediaan kalsium yang siap diserap.
  • Ransum pakan. Pakan sapi perah yang terdiri dari hijauan dan konsentrat yang seimbang adalah Ca:P = 1:1.
Perawatan
  • Penyuntikan 750 s/d 1500 ml Gluconas calcium 20 % secara intravena pada vena jugularis. Suntikan dapat diulangi kembali setelah 8 sampai 12 jam kemudian
Pencegahan
  • Sapi harus cukup mendapatkan kandungan Ca, P, Mg dalam ransum.
  • Pengobatan dengan injeksi preparat-preparat Ca secara intravenous 500 cc, dengan larutan calsium gluconate 20 %.

STRUCTURE ORGANIZATION


Senin, 09 Desember 2013

MANAJEMEN KANDANG SAPI PERAH


SARANA DAN PRASARANA

A. Lokasi
Lokasi usaha pembibitan sapi perah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Tidak bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD) setempat;
2. Mempunyai potensi sebagai sumber bibit sapi perah serta dapat ditetapkan sebagai wilayah sumber bibit ternak;
3. Terkonsentrasi dalam satu kawasan atau satu Village Breeding Center (VBC) atau satu unit pembibitan ternak;
4. Tidak mengganggu ketertiban dan kepentingan umum setempat, untuk peternakan yang sudah berbentuk perusahaan dibuktikan dengan izin tempat usaha;
5. Memperhatikan lingkungan dan topografi sehingga kotoran dan limbah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan;
6. Jarak antara usaha pembibitan sapi perah dengan usaha pembibitan unggas minimal 1.000 meter;
7. Didukung oleh infrasktruktur yang baik.

B. Lahan
Lahan untuk usaha pembibitan sapi perah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Bebas dari jasad renik patogen yang membahayakan ternak dan manusia;
2. Sesuai dengan peruntukannya menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C. Sumber Air dan alat penerang
Usaha pembibitan sapi perah hendaknya memiliki sumber air yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Sumber air tersedia tidak jauh dari kandang/kelompok peternakan atau dapat mengalir dengan mudah mencapai kandang dalam jumlah yang cukup;
2. Air minum yang memenuhi baku mutu air yang sehat tersedia sepanjang tahun dalam jumlah sesuai kebutuhan;
3. Penggunaan air untuk keperluan kebersihan kandang dan peralatan tidak mengganggu ketersediaan air bagi masyarakat sekitar;
4. Usaha pembibitan sapi perah agar menyediakan alat penerang sesuai kebutuhan.

D. Bangunan dan Peralatan
1. Untuk pembibitan sapi perah diperlukan bangunan, peralatan, persyaratan teknis dan letak kandang yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Bangunan kandang
- kandang sapi laktasi;
- kandang kering kandang;
- kandang beranak;
- kandang pedet;
- kandang dara;
- kandang pejantan;
- kandang kawin;
- kandang isolasi.
b. Bangunan lain
- gudang pakan dan peralatan;
- unit pemerahan;
- unit kamar susu;
- unit pengolah susu;
- unit penampungan dan pengolahan limbah;
- unit sanitasi, sterilisasi, penanganan kesehatan;
- unit perkawinan ternak;
- instalasi air bersih;
- bangunan kantor dan tempat karyawan.
c. Peralatan
- tempat pakan dan tempat minum;
- alat pemotong dan pengangkut rumput;
- alat pembersih kandang dan pembuatan kompos;
- peralatan kesehatan hewan;
- peralatan pemerahan dan pengolahan susu;
- peralatan sanitasi kebersihan;
- peralatan pengolahan limbah.

CONTOH UKURAN DAN TIPE KANDANG YANG BAIK





SANITASI KANDANG
Sanitasi kandang adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh peternak untuk kebersihan kandang dan lingkungannya. Kegiatan ini penting karena dengan keadaan kandang serta lingkungan yang bersih, maka kesehatan ternak maupun pemiliknya menjadi terjamin. Kebersihan kandang bisa diatur sesuai dengan kebutuhan sehingga lingkungan menjadi sejuk, nyaman, tidak berbau maupun lembab.

Kandang adalah bangunan sebagai tempat tingggal ternak yang ditujukan untuk melindungi ternak dari risiko yang merugikan. Misalnya, terik matahari, cuaca hujan, angin, gangguan binatang buas dll. Dan, tentu saja kandang dibutuhkan untuk memudahkan dalam pengelolaan ternaknya.

Persyaratan Sanitasi kandang
Dalam melakukan sanitasi kandang untuk pemeliharaan sapi perah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a. Kandang,
Persyaratan, kandang yang baik diantaranya adalahmenggunakan bahan bangunan yang ekonomis, tahan lama, awet, mudah didapat dan tidak menimbulkan refleksi panas terhadap ternak yang dipelihara; memberikan kenyamanan bagi ternak dan pemiliknya; memiliki Ventilasi yang cukup untuk pergantian udara; mudah dibersihkan dan kelihatan bersih; tidak ada ganguan baik didalam maupun disekitar kandang,

Lokasi kandang, sebaiknya Usahakan agar posisi kandang berada pada zona yang aman,untuk itu tidak menjadi satu dengan rumah tinggal, jaraknya kira-kira 10 m: tidak berdekatan dengan bangunan umum atau lingkungan yang terlalu ramai: Lokasi kandang sebaiknya lebih tinggi dari sekitarnya: tersedia tempat penampungan kotoran dan limbah sisa-sisa pakan: tersedia air bersih dalam jumlah yang cukup

Arah Kandang : Arah kandang untuk bangunan kandang tunggal sebaiknya menghadap ke timur; sedangkan untuk bangunan kandang ganda sebaiknya membujur utara selatan,maksudnya agar sinar matahari pagi dapat langsung masuk ke kandang, hal ini penting untuk membantu proses pembentukan vitamin D dalam tubuh ternak sekaligus sebagai pembasmi bibit penyakit.

Kebersihan kandang : Kandang dan lingkungannya harus selalu bersih, karena produksi sapi perah berupa air susu yang mudah rusak. Untuk itu ketersediaan air bersih yang cukup pada usaha pemeliharaan sapi perah mutlak diperlukan.

b. Sapi perah
Selain faktor kandang, ternak sapi perahnya juga perlu mendapatkan perhatian yaitu:
Kebersihan ternak, sapi perah harus selalu bersih, karena akan berdampak kepada kesehatan sapi itu sendiri. caranya yaitu dengan memandikan sapi perah itu sebelum diperah susunya, sebaiknya dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari.

Pemberian pakan dan minuman, agar kondisi sapi terjaga kesehatannya, maka ternak sapi perah perlu diberikan pakan hijau dan konsentrat yang seimbang dan memenuhi kebutuhan standar gizi,disamping itu, tentu saja air minum dalam jumlah dan kualitas yang cukup.

Kesehatan ternak, Kesehatan sapi perah juga perlu dijaga agar produksi tetap tinggi dan kualitasnya baik. Caranya, dengan jalan menjaga kebersihan kandang dan ternaknya.

c. Peralatan pemerahan susu
Peralatan pemerahan susu seperti milk can, ember, saringan susu, gelas ukur dan alat lain harus di sucihamakan sebelum digunakan. Caranya dicuci dengan air panas. Sebab peralatan ini langsung berhubungan dengan air susu sapi, sehingga akan diperoleh air susu yang berkualitas, bersih dan tidak mudah rusak/asam. Penulis: Inang Sariati.
Sumber : http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/sanitasi-kandang

Minggu, 08 Desember 2013

MANAJEMEN PEMERAHAN


Pemerahan adalah tindakan mengeluarkan susu dari ambing. Pemerahan bertujuan untuk mendapatkan produksi susu yang maksimal. Terdapat tiga tahap pemerahan yaitu pra pemerahan, pelaksanaan pemerahan dan pasca pemerahan (Syarief dan Sumoprastowo, 1985). Tujuan dari pemerahan adalah untuk mendapatkan jumlah susu maksimal dari ambingnya, apabila pemerahan tidak sempurna sapi induk cenderung untuk menjadi kering terlalu cepat dan produksi total cenderung menjadi kering terlalu cepat dan produksi total menjadi menurun (Williamson dan Payne, 1993). 


1. Fase persiapan
Tahap-tahap persiapan pemerahan meliputi menenangkan sapi, membersihkan kandang, membersihkan bagian tubuh sapi, mengikat ekor, mencuci ambing dan puting (Sudono, 2003). Menurut Muljana (1985) sebelum pemerahan dimulai, pemerah mencuci tangan bersih-bersih dan mengeringkannya, kuku tangan pemerah dipotong pendek agar tidak melukai puting sapi, sapi yang akan diperah dibersihkan dari segala kotoran , tempat dan peralatan telah disediakan dan dalam keadaan yang bersih, selanjutnya menenangkan sapi, mengikat ekornya dan mencuci ambing dengan air hangat, melakukan massage untuk merangsang keluarnya air susu. Sebelum melakukan pemerahan dilakukan persiapan diantaranya persiapan alat, pembersihan kandang dan sanitasi ternak (Chamberlin, 1993).
2. Pemerahan
Pemerahan sapi dapat dilakukan dengan menggunakan tangan ataupun dengan mesin pemerah (Prihadi, 1996). Metode pemerahan dengan tangan antara lain yaitu whole hand milking, kneevelen dan streppen, diantara ketiga metode tersebut yang terbaik adalah dengan menggunakan metode whole hand milking dan apabila tidak karena sesuatu hal maka hendaknya menggunakan metode tersebut.  Pemerahan dengan tangan  harus dilakukan dengan memegang pangkal puting susu antar ibu jari dan jari tengah, kedua jari kita tekan pelan, menariknya kebawah hingga air susu keluar dan cara yang mempergunakan lima jari yaitu ibu jari diatas dan keempat jari lainnya memegang puting, menariknya dengan pelan hingga air susu dapat keluar dengan baik (Muljana, 1985). Mesin Pemerah Susu berfungsi sebagai sarana untuk memerah susu secara pneumatis, pemerahan dilakukan dengan membuat tekanan vakum pada penampung dan susu diperah kedalam penampung melalui unit perah . Pemerahan dengan mesin perah akan mengurangi kontak susu dengan tukang perah dan lingkungan kandang, sehingga susu hasil perahan lebih bersih dan higienis. Pada dasarnya semua mesin pemerah susu terdiri atas pompa vakum, pulsatormilk claw, sedotan puting (teat cup), wadah susu (bucket). Dikenal 3 (tiga) macam model mesin perah susu, yaitu : Portable Milking Machine Milking, type ini semua peralatan mesin perah (Pompa vakum s/d Bucket) ditaruh diatas Troley dan didorong ke sapi yang akan di perah. Jumlah dan Volume bucket bervariasi, ada yang single bucket (25 lt, 30 lt) ada yang double bucket. Demikian pula jumlah teat cup (cluster) ada yang single ada pula yang double, Bucket Milking Machine Pompa Vakum terpisah dan dihubungka di titik- titik tertentu dengan bucket melalui pipa vakum sepanjang lorong kandang. Bucket, Pulsator serta teat cup mendatangi tiap sapi yang akan diperah dan menyambung pulsator dengan pipa vakum, Flat Barn dan Herringbone Milking Machine Milking machine type ini sekelompok sapi digiring ketempat pemerahan (milking parlour) dengan alunan musik tertentu. Posisi sapi pada waktu diperah secara berbaris miring (herringbone) atau tegak lurus (flat barn). Biasanya susu hasil pemerahan serentak ini langsung dipompakan ke tangki cooling unit (bina ukm, 2010).

Pemerahan yang baik dilakukan dengan cara yang benar dan alat yang bersih. Tahapan-tahapan pemerahan harus dilakukan dengan benar agar sapi tetap sehat dan terhindar dari penyakit yang dapat menurunkan produksinya (Sudono et al., 2003). 

3. Pasca pemerahan

Setelah selesai pemerahan hendaknya dilakukan diping atau penuntasan pemerahan agar tidak menimbulkan penyakit mastitis. Setalah didapatkan air susu dilakukan pengukuran antara lain berat jenis dan kadar lemak susu. Sesudah melakukan pemerahan sebaiknya bagian puting dicelupkan dalam larutan disinfektan untuk menghindari terjadinya mastitis {Sumoprastowo, 1985).  Menurut Sindoredjo (1970) berat jenis susu minimal 1,027 pada temperatur 27,5 0C dan kadar lemak 2,8%. Kenaikan produksi susu selalu diikuti dengan kenaikan berat jenis air susu. Berat jenis air susu yang baik minimum 1.0280 dan pengukuran berat jenis air susu hanya dapat dilakukan setelah 3 jam dari pemerahan bila suhu air susu sudah terletak antara 200 sampai 30 0 C, karena pada keadaan ini suhu ar susu telah stabil  ( Sudono, 1984 ).
Susu yang tinggi kadar lemaknya juga kaya akan zat- zat kering lainnya, sehingga berat jenisnya juga tinggi, dan susu yang rendah kadar lemaknya berat jenisnya pun rendah (Sindoredjo, 1970 ). Menurut Syarief dan Sumoprastowo (1990) setelah susu diperah kemudian dibawa ke kamar susu penanganan susu  yang dilakukan adalah penyaringan, pendinginan dan pemanasan. Penyaringan susu bertujuan untuk mendapatkan susu yang terbebas dari kotoran. Selain penyaringan dan pendinginan, pengujian kualitas susu juga dilakukan karena merupakan hal yang penting untuk mengetahui kualitas susu yang dihasilkan (Siregar, 1993).
Faktor yang mempengaruhi produksi air susu adalah : kebakaan artinya factor genetik sapi, pemberian ransum, manajemen pemerahan, lama kering kandang, pencegahan penyakit,service periode dan calving interval serta frekuensi pemerahan. Siregar (1993) susu pada tiap-tiap puting harus diperah habis. Selesai pemerahan, ambing dan puting susu dicuci kembali dengan air hangat-hangat kuku lalu dicelup dan disemprot dengan air yang telah diberi sedikit biocid.
Manajemen alat pemerahan yang baik dapat meningkatkan kualitas susu yang di hasilkan. Alat pemerahan seperti milk can, ember, dll harus dibersihkan terlebih dahulu dengan sabun ato bahan disinfectan lainnya yang dapat membunuh mikroba yang dapat mencemari susu.


KURVA LAKTASI PADA SAPI PERAH

Susu mengandung zat gizi bernilai tinggi yang dibutuhkan bagi kehidupan masyarakat dari segala lapisan umur untuk menjaga pertumbuhan, kesehatan, dan kecerdasan berpikir. Begitu pentingnya susu, sehingga dapat dikatakan bahwa untuk membangun suatu bangsa yang cerdas dan sehat, penyediaan susu bagi masyarakat merupakan hal yang mutlak. Susu yang dikonsumsi manusia umumnya berasal dari susu sapi karena produksinya dapat melebihi kebutuhan anaknya. Sapi perah merupakan komoditi peternakan yang memiliki potensi yang besar untuk terus dikembangkan. Hal tersebut didasarkan pada tingginya kebutuhan susu di kalangan masyarakat Indonesia.
Performa produksi susu merupakan perpaduan dari ragam genetik dan lingkungan. Ragam genetik terdiri dari ragam genetik aditif, dominan, dan epistasis, sedangkan ragam lingkungan terdiri dari ragam lingkungan temporer dan ragam lingkungan permanen. Kemampuan sapi yang bervariasi dalam memproduksi susu merupakan karakteristik dari keturunan dan ini berbeda pula di antara bangsa dan individu (Ensminger dan Tyler, 2006).
UPTD Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-SP & HMT) Cikole, Lembang merupakan instansi negara yang didirikan untuk meningkatkan produksi susu di Indonesia, khususnya Jawa Barat melalui perbaikan genetik sapi perah, pengembangan bibit, perbaikan tata laksana pemeliharaan, dan perbaikan tata laksana pemberian pakan. Interval pemerahan yang dilakukan di BPT-SP & HMT Cikole yaitu 10:14. Pemerahan pagi dilakukan pada pukul 04.00 WIB dan pemerahan siang dilakukan pada pukul 14.00 WIB. Produksi susu yang dihasikan berbeda karena selang waktu pemerahannya berbeda meskipun manajemen pemeliharaan dan pemerahannya sama. Hasil produksi susu tersebut dicatat menggunakan catatan Test Day yang terdiri dari catatan produksi susu pagi, siang hari, dan total. Pada pendugaan produksi susu yang menggunakan catatan Test Day diperlukan kurva produksi susu.
Pembuatan kurva produksi susu pagi dan siang hari akan menggambarkan kemampuan produksi susu kedua waktu tersebut. Persamaan penduga produksi susu yang sering digunakan oleh para peneliti adalah model kurva Ali-Schacffer, kurva Wilmink, dan kurva Gamma. Namun, penelitian ini akan menggunakan kurva persamaan Ali-Schaeffer untuk membuat kedua kurva produksi susu tersebut. Hal ini didasarkan kepada beberapa hasil Model Kurva Produksi dan korelasi penelitian kurva produksi susu yang telah banyak menggunakan kurva Ali-Schaeffer, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Indrijani dan Anang (2009).
Hasilnya


Kurva Produksi Susu Pada Pemerahan Pagi dan Siang Pada Periode Laktasi I
Secara umum bentuk kurva produksi susu akan naik mulai dari saat setelah beranak menuju puncak produksi pada awal laktasi yang kemudian berangsur-angsur turun sampai akhir laktasi. Bentuk kurva produksi susu dapat diduga dengan menggunakan persamaan kurva Ali-Schaeffer yang datanya berasal dari rataan data sebenarnya.


Ilustrasi 1. Kurva Produksi Susu Pada Pemerahan Pagi Hari Periode Laktasi I
Tabel 1. Perbandingan Produksi Susu Pada Pemerahan Pagi Hari Test Day Periode Laktasi I
Test Day Test Day sebenarnya Kurva Ali Schaeffer Selisih
(liter) (liter)
1 5,50 5,49 0,01
2 5,76 5,81 0,05
3 5,97 5,90 0,07
4 5,75 5,74 0,01
5 5,39 5,45 0,06
6 5,14 5,09 0,05
7 4,62 4,71 0,09
8 4,39 4,35 0,04
9 4,13 4,04 0,09
10 3,72 3,79 0,07
11 3,64 3,62 0,02
12 3,54 3,55 0,01
Tabel 2. Perbandingan Produksi Susu Pada Pemerahan Siang Hari Test Day Periode Laktasi I
Test Day Test Day sebenarnya Kurva Ali Schaeffer Selisih
(liter) (liter)
1 3,78 3,77 0,01
2 3,94 4,02 0,08
3 4,06 3,93 0,13
4 3,72 3,73 0,01
5 3,42 3,49 0,07
6 3,25 3,23 0,02
7 2,94 2,99 0,05
8 2,77 2,76 0,01
9 2,63 2,57 0,06
10 2,41 2,41 0,00
11 2,26 2,28 0,02
12 2,19 2,19 0,00
Pada ilustrasi 1 dan 2 menunjukan bahwa kurva produksi susu pagi hari lebih tinggi produksi susunya daripada siang hari. Hal ini disebabkan karena interval pemerahan pagi hari lebih lama daripada siang hari. Apabila interval antara pemerahan tidak sama, maka produksi susu akan lebih banyak pada interval yang lebih lama (McKusick, et al. 2002). Sebaiknya BPT-SP & HMT CIkole Lembang menggunakan interval pemerahan 12:12 karena pada pemerahan dua kali, interval pemerahan 12:12 memproduksi susu lebih tinggi dibandingkan dengan interval pemerahan 10:14 (Makin, 2011 ; Schmidt, 1971). Selain faktor interval pemerahan ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah produksi susu pada pagi dan siang hari, diantaranya pakan, temperatur, dan lingkungan sekitar.
Suhu dan kelembaban udara merupakan dua faktor iklim yang mempengaruhi produksi sapi perah karena dapat menyebabkan perubahan keseimbangan panas dalam tubuh ternak, keseimbangan air, keseimbangan energi dan keseimbangan tingkah laku ternak. Produksi air susu dan konsumsi makanan secara otomatis direduksi dalam usaha mengurangi produksi panas tubuh. Penurunan nafsu makan menyebabkan produksi air susu direduksi. Stres panas merupakan faktor yang sangat berpengaruh tinggi terhadap produksi susu terutama pada saat puncak produksi (Makin, 2011; McDowell, 1972; Purwanto, 1993; Yani dan Purwanto, 2006).
Cekaman panas yang diterima oleh sapi FH sebenarnya dapat direduksi oleh angin dengan kecepatan tertentu. Cekaman panas juga dapat direduksi dengan menurunkan suhu tubuh sapi FH melalui penyemprotan air dingin ke seluruh permukaan tubuh (Shibata, 1996; Yani & Purwanto, 2006). Pendinginan air pada tubuh sapi perah pada keadaan tidak nyaman meningkatkan efisiensi produksi susu lebih baik dibandingkan tanpa penyemprotan (Tasripin, et al., 1995). Pada pagi hari sapi FH di balai tersebut dimandikan, sedangkan pada siang hari sapi tidak dimandikan hanya dibersihkan kotorannya. Oleh karena itu, pada siang hari sapi-sapi yang akan diperah perlu dimandikan untuk menurunkan suhu tubuhnya.
Keadaan lingkungan sekitar kandang yang tenang membuat sapi merasa nyaman dan tenang. Pada malam hari lingkungan sekitar kandang sunyi karena tidak ada aktifitas di sekitar lingkungan kandang. Hal ini berbeda dengan siang hari yang dipengaruhi oleh aktifitas bising di sekitarnya yang dapat mengganggu ketenangan sapi laktasi. Akibatnya sapi bisa merasakan stres pada siang hari di samping stres panas, sehingga pemanfaatan energi digunakan untuk mengurangi beban stres tersebut. Namun, pada malam hari sapi cenderung.
Korelasi antara Produksi Susu Pemerahan Pagi dan Siang
Hasil penelitian dari 325 catatan produksi susu pada laktasi I di BPT-SP & HMT Cikole Lembang menunjukan rata-rata produksi susu pagi sebesar 4,80±0,90 liter, sedangkan siang hari 3,12±0,67 liter. Jika dibuat dalam persentase, jumlah produksi susu pagi adalah 60,62%, sedangkan siang hari 39,38%. Hal ini sesuai dengan pernyataan McKusick, et al. (2002) apabila interval antara pemerahan tidak sama, maka produksi susu akan lebih banyak pada interval yang lebih lama.
Hasil perhitungan nilai korelasi antara produksi susu pagi dan siang hari menunjukan keeratan hubungan yang sangat tinggi yaitu -0,99. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, manajemen pemeliharaan, pemerahan, dan pemberian pakan yang sama dapat mempengaruhi keeratan hubungan tersebut. Akan tetapi, meskipun memiliki keeratan yang sangat tinggi, korelasi tersebut bernilai negatif. Artinya peningkatan jumlah produksi susu waktu pertama tidak diikuti dengan peningkatan pada waktu berikutnya.

MASA LAKTASI SAPI PERAH

Masa laktasi adalah masa sapi sedang berproduksi. Sapi mulai berproduksi setelah melahirkan anak. Kira-kira setengah jam setelah melhirkan, produksi susu sudah keluar. Saat itulah disebut masa laktasi dimulai. Namun, sampai dengan 4-5 hari pertama produksi susu tersebut masih berupa colustrum yang tidak boleh dikonsumsi manusia. Tetapi colustrum tersebut khusus untuk pedet, karena kandungan zat-zatnya sangat sesuai untuk pertumbuhan dan kehidupan awal.Masa laktasi dimulai sejak sapi tiu berproduksi sampai masa kering tiba. Dengan demikian, masa laktasi berlangsung selama 10 bulan atau kurang lebih 305 hari, setelah dikurangi hari-hari untuk berproduksi colustrum.

Dengan demikian semasa laktasi yang berlangsung 309 hari diawali dengan produksi colustrum 4-5 hari, sehingga produksi susu biasa berlangsung selama 305 hari. Akan tetapi produksi susu dawali dengan volume yang relative rendah, kemudian sedikit demi sedikit meningkat sampai bulan kedua, dan mencapai puncaknya pada bulan ketiga. Selanjutnya setelah melewati bulan ketiga produksi mulai menurun sampai masa kering. Menurunnya produksi air susu dalam masa laktasi ini akan diikuti dengan peningkatan kadar lemak di dalam air susu. Dilihat dari segi produksi susu, seekor sapi perah dapat dianggap mencapai kedewasaan produksi kira-kira umur lima tahun. Antara periode 5 s/d 10 tahun, volume produksi susu dalam suatu masa laktasi tidak banyak mengalami perbedaan yang mencolok. Pada periode tersebut produksi susu tertinggi dicapai pada saat sapi telah mencapai umur 7-8 tahun. Setelah sapi mencapai umur 10 tahun, produksi susu mulai berkurang, bahkan kadang-kadang diikuti adanya kesulitan-kesulitan dalam melahirkan. Oleh karena itu perlu dipersiapkan generasi pengganti sebagai usaha untuk peremajaan.

Tingkat Produksi susu
Seekor sapi akan menghasilkan sejumlah besar susu selama hidupnya . Keturunan tertentu menghasilkan lebih banyak susu daripada yang lain , namun keturunan yang berbeda menghasilkan dalam jarak sekitar 6.800 sampai 17.000 kg ( 15.000 sampai £ 37.500 ) susu per laktasi . Rata-rata untuk sapi perah tunggal di Amerika Serikat pada tahun 2007 adalah 9.164,4 kg ( £ 20.204 ) per tahun , termasuk susu yang dikonsumsi oleh betisnya . , [ 2 ] sedangkan nilai rata-rata yang sama untuk seekor sapi di Israel adalah 12.240 kg pada tahun 2009 . [ 18 ]

Tingkat produksi puncak pada sekitar 40 sampai 60 hari setelah melahirkan . [ 19 ] sapi tersebut kemudian dibesarkan . Produksi menurun terus setelah itu, sampai , sekitar 305 hari setelah calving , sapi adalah ' mengeringkan ' , dan memerah susu berhenti . Sekitar enam puluh hari kemudian , satu tahun setelah kelahiran anak sapi sebelumnya , sapi akan melahirkan anak lagi. Sapi produksi yang tinggi lebih sulit untuk berkembang biak pada interval satu tahun . Banyak peternakan mengambil pandangan bahwa 13 atau bahkan 14 bulan siklus yang lebih tepat untuk jenis sapi .

Sapi perah dapat terus secara ekonomi produktif bagi banyak lactations . Dalam kebanyakan kasus , 10 lactations yang mungkin . Kemungkinan masalah yang timbul yang dapat menyebabkan sapi yang diambil tinggi , namun; kehidupan kawanan rata-rata US Holstein saat ini kurang dari 3 lactations . Hal ini memerlukan penggantian ternak lagi yang bisa dipelihara atau dibeli . Lebih dari 90 % dari semua sapi yang diambil selama 4 alasan utama :
1. Infertilitas - Kegagalan untuk hamil dan mengurangi produksi susu .

Sapi adalah pada mereka yang paling subur antara 60 dan 80 hari setelah melahirkan . Sapi yang tersisa "terbuka " ( tidak dengan betis ) setelah periode ini menjadi semakin sulit untuk berkembang biak , yang mungkin disebabkan oleh kesehatan yang buruk . Kegagalan untuk mengusir tembuni dari kehamilan sebelumnya , kista luteal , atau metritis , infeksi rahim , adalah penyebab umum dari ketidaksuburan.

2. Mastitis - infeksi kelenjar susu persisten dan berpotensi fatal , yang menyebabkan jumlah sel somatik yang tinggi dan hilangnya produksi .

Mastitis diakui oleh kemerahan dan pembengkakan pada kuartal yang terinfeksi dari ambing dan adanya gumpalan putih atau nanah dalam susu . Pengobatan mungkin dengan antibiotik long-acting tetapi susu dari sapi tersebut tidak dipasarkan sampai residu obat telah meninggalkan sistem sapi , juga disebut periode penarikan .

3. Kepincangan - infeksi kaki atau kaki masalah terus-menerus menyebabkan infertilitas dan hilangnya produksi .

Tingkat pakan tinggi karbohidrat menyebabkan kondisi asam sangat mudah dicerna dalam rumen sapi . Hal ini menyebabkan Laminitis dan ketimpangan berikutnya , meninggalkan sapi rentan terhadap infeksi kaki yang lain dan masalah yang dapat diperburuk dengan berdiri di feses atau daerah direndam air .

4. Produksi - beberapa hewan gagal untuk menghasilkan tingkat ekonomi susu untuk membenarkan biaya pakan mereka . Produksi di bawah 12 sampai 15 liter susu per hari tidak ekonomis .

Sapi umur panjang sangat berkorelasi dengan tingkat produksi . [ 20 ] sapi produksi rendah hidup lebih lama daripada sapi produksi yang tinggi , tetapi mungkin kurang menguntungkan . Sapi tidak lagi ingin untuk produksi susu dikirim ke pembantaian . Daging mereka adalah nilai yang relatif rendah dan umumnya digunakan untuk daging olahan . Faktor lain yang mempengaruhi produksi ASI adalah stres yang sapi dihadapkan . Psikolog di University of Leicester , Inggris , menganalisis preferensi musik dari susu sapi dan menemukan bahwa musik benar-benar mempengaruhi laktasi sapi perah itu . Musik yang menenangkan dapat meningkatkan produksi susu , mungkin karena mengurangi stres dan melemaskan sapi dalam banyak cara yang sama seperti manusia rileks

 

LAKTASI

Laktasi adalah karakteristik yang spesifik bagi ternak mamalia. Dalam proses laktasi dimana ambing dari ternak memproduksi susu. Susu adalah produk yang dihasilkan oleh glandula mamae dan merupakan nutrisi bagi anaknya untuk mendapatkan imunitas pasif. Periode laktasi pada sapi perah 305 hari. Puncak produksi dalam satu periode laktasi terjadi antar bulan ke 2-3. Pada awal laktasi produksi susu sapi masih belum banyak, karena puncak laktasi terjadi pada periode ke 4 laktasi. Hormon yang mempengaruhi pada proses laktasi ini adalah prolactin, insulin, thyroid hormones dan growth hormone (BST). Beberapa minggu setelah kelahiran, sapi kembali dengan siklus estrus dan menunjukan tanda-tanda nya. Sapi kemudian di insenminasi buatan (IB) pada saat estrus yang tepat sekitar 70 – 90 hari setelah kelahiran. Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk mendapatkan kelahiran
sekali dalam setahun. Produksi susu menuruin pada saat terjadi kebuntingan. Perubahan hormone yang terjadi selama kebuntingan dan meningkatnya penyerapan nutrisi ke fetus menyebabkan menurunnya pengaturan pengeluaran air susu. Sekitar 305 hari masa laktasi kemudian berhenti sapi mengalami kering kandang atau "dried off". Rata-rata beranak dan laktasi per sapi adalah tiga kali.

Tiga alasan mengapa ternak ruminansia diperuntukkan sebagai penghasil susu adalah

  1. Mereka dapat merubah rumput dan hijauan yang tidak kita konsumsi sebagai sumber pakan ke dalam susu, nutrisi yang dapat kita konsumsi. Hal ini dapat terjadi berkat adanya fermentasi mikroba dalam rumennya.
  2. Mereka memiliki pembuluh puting yang dapat memfasilitasi pengeluaran susu.
  3. Mereka memproduksi susu dalam jumlah besar secara efisien.